BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum kelompok-kelompok teologis dalam Islam lahir, Ahlussunnah
Wal Jamaah (selanjutnya disebut Aswaja) adalah umat Islam itu sendiri. Namun
setelah kelompok-kelompok teologis muncul, Aswaja berarti para pengikut Abu
Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi.
Dalam pengertian terakhir ini, Aswaja sepadan dengan
kelompok-kelompok teologis semisal Mu’tazilah, Syiah, Khawarij dan lain-lain.
Dalam sejarahnya, kemunculan kelompok-kelompok ini dipicu oleh
masalah politik tentang siapakah yang berhak menjadi pemimpin umat Islam
(khalifah) setelah kewafatan Rasulullah, Muhammad SAW. Setelah perdebatan
antara kelompok sahabat Muhajirin dan Anshor dituntaskan dengan kesepakatan
memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama, kesatuan pemahaman keagamaan umat
Islam bisa dijaga. Namun menyusul huru-hara politik yang mengakibatkan wafatnya
khalifah ketiga, Utsman Bin Affan, yang disusul dengan perang antara pengikut
Ali dan Muawiyah, umat Islam terpecah menjadi kelompok-kelompok Syiah,
Khawarij, Ahlussunnah dan –disusul belakangan, terutama ketika perdebatan
menjadi semakin teologis oleh—Mu’tazilah dan lain-lain.
BAB II
ASWAJA DALAM PERSPEKTIF
HISTORIS
(Dilihat dari Prinsip dan Sikap penganut Aswaja)
(Dilihat dari Prinsip dan Sikap penganut Aswaja)
1.
Masa
Rasulullah
Pada
masa itu umat Islam adalah umat
yang satu dan tidak ada perselisihan dalam aqidah dan amalan. Hal ini karena
masih adanya wahyu (Al-qur’an) dan Nabi masih ada sebagai sumber hukum
langsung dapat ditanyakan kepada Beliau.
2.
Masa
Khulafaur Rosyidin
Ketika
Rasulullah wafat hari Senin 13 R. Awwal 11 H / 632 M, maka kosonglah
kepemimpinan umat Islam. Maka diadakan musyawarah untuk mufakat (sikap tawasut,
tawazun dan tasamuh) karena dari masing-masing golongan mengusulkan calon
pemimpin mereka seperti dari golongan Anshor : Sa’ad bin Ubadah dari
golongan Muhajirin : Abu Bakar Ash-Shidiq, dan dari golongan Bani Hasyim : Ali
Bin Abi Thalib. Dan setelah terjadi perdebatan yang sangat panjang hingga
akhirnya terjadi kesepakatan S. Abu Bakar Ash – Shidiq menjadi Khalifah yang pertama
dan dibaiat pada tanggal 13 Ra. Awwal 11 H / 632 M. Inilah awal perselisihan
diantara para sahabat, tapi perselisihan zaman kholifah Abu Bakar hanya
bersifat untuk membela orang-orang kaya dan kelompok. Seperti para nabi Palsu
dan orang –orang yang tidak mau membayar zakat. Orang-orang tersebut adalah:
a.
Musailamah Al – Khadzab dari bani Hanifah.
b.
Thulaihah bin Khuwalaid dari bani As’ad.
c.
Aswad Al – Ansi dari Yaman.
d.
Saj’ah Tamimiyah dari tamim.
Setelah
menjadi khalifah 2 tahun 3 bulan, maka wafatlah S. Abu Bakar dalam usia
63 tahun. Kemudian diangkatlah S. Umar Bin Khottob sebagai kholifah kedua pada
tahun 13 H / 634 M, pada masa ini tidak nampak peselisihan dan perpecahan
kecuali perselisihan dari orang-orang yang tidak diakui kebenarannya karena
tidak berstandart dalil-dalil yang Shohih.
Sehingga
pemerintahan S. Umar yang hanya 10 tahun 6 bulan 4 hari mampu memperluas Islam
sampai daerah Syiria, Palestina, Irak, Persia & Mesir.
Ketika S. Umar sakit dan mendekati ajalnya (akibat tusukan Abu Lu’lu’ah 6 kali) beliau menunjuk S. Utsman bin Affan , S. Ali bin Abi Thollib, S. Zubair bin Awwam , S. Sa’ad bin Abi Waqoa, S. Abdur Rohman bin Auf dan S. Tolhah bin Ubaidillah untuk bermusyawarah memilih kholifah ketiga dan terpilih S. Utsman bin Affan menjadi khalifah pada tahun 23 H / 644 menggantikan S. Umar (meninggal usia 63 tahun).
Ketika S. Umar sakit dan mendekati ajalnya (akibat tusukan Abu Lu’lu’ah 6 kali) beliau menunjuk S. Utsman bin Affan , S. Ali bin Abi Thollib, S. Zubair bin Awwam , S. Sa’ad bin Abi Waqoa, S. Abdur Rohman bin Auf dan S. Tolhah bin Ubaidillah untuk bermusyawarah memilih kholifah ketiga dan terpilih S. Utsman bin Affan menjadi khalifah pada tahun 23 H / 644 menggantikan S. Umar (meninggal usia 63 tahun).
Setelah
S. Utsman Wafat dalam usia 72 tahun dan menjadi kholifah selama 12 tahun,
maka terjadilah kekacauan di Madinah selama 5 hari, kemudian S. Abdullah bin
Saba’ (pemimpin Mesir) menunjuk S. Ali bin Ali Thollib sebagai kholifah keempat
oleh karena itu pada tanggal 23 juni 656 M / 35 H, S. Ali bin Abi Thallib
disumpah menjadi kholifah menggantikan Utsman, pada masa ini umat Islam pecah
menjadi 3 golongan :
1.
Golongan yang mendukung dan mengasihi Ali bin abi Thallib :
SYI’AH.
2.
Golongan yang merusak dan membantai S. Ali bin abi Thalib :
KHOWARIJ.
3.
Golongan acuh / apriori terhadap Ali bin Abi Thallib.
Dari
kelompok yang mendukung S. Ali pecah menjadi dua golongan:
a.
Golongan yang menuntut agar Ali menindak pembunuh Utsman.
b.
Golongan yang menuntut agar menenangkan keadaan setelah keadaan
tenang baru menindak pembunuh Utsman.
Perselisihan
yang tidak dapat dicari titik temu akhirnya menjadi peperangan antara pendukung
S. Ali dengan pendukung Utsman yang dipimpin S. Mu’awiyyah bin abi Sofyan yang
berakhir pengakuan S. Mu’awiyyah sebagai pengganti S. Ali bin abi
thallib.
S.
Ali bin Abi Thallib memerintah selama 4 tahun 9 bulan, banyak umat Islam
menjadi pecah beberapa golongan, hal ini disebabkan karena faktor semakin
banyaknya umat Islam yang sampai kepenjuru dunia dan semakin banyaknya
pemahaman didalam mengartikan / mentafsir kan Al-qur’an dan Hadist Nabi.
4. Masa Tabi’in
Setelah terjadi perpecahan yang banyak dianara beberapa golongan
yang dinilai oleh sekelomok orang banyak menyimpang maka timbul golongan yang
mengaku ada beberapa kebenaran. 1. Golongan Mu’tazilah dan 2. Golongan
Jabbariyah.
Pada masa itu muncul reaksi terhadap ajaran Mu’tazilah dan
Jabbariyah yaitu semenjak Imam Al Asy’ari memisahkan diri dari ajaran Al-Juba’i
(guru sekaligus ayah tiri) seorang guru besar Mu’tazilah yang mengajarkan bahwa
manusia itu mempunyai kekuatan dari dalam dirinya, Allah hanya berbuat baik dan
bagus dll.
Pemikiran baru yang dikemukakan oleh Imam Al-Asy’ari yang kemudian
disempurnakan Imam Al – Maturidi dan inilah yang kemudian menjadi pijakan para
pengikutnya hingga kini yang disebut dengan ASWAJA.
Pendapat – pendapat imam Mujtahid inilah yang menjadi rumusan kalau
dalam bidang :
a. Fiqih mengikuti salah satu madzab 4 (empat)
b. Tauhid mengikuti salah satu Imam AL- Asy’ari dan AL
Maturidi.
c. Tasawwuf mengikuti rumusan imam Al – Junaidi.
5.
Akhir
Abad ke 7 H
Pada
tahun 671 lahir seorang tokoh bernama Ibnu Taimiyyah yang mengajarkan pendapat
– pendapat yang menyimpang diantaranya :
a. Ziarah ke Makam Nabi adalah Ma’siyat.
b. Menyatakan talak / cerai sekaligus tiga kali tidak jadi talak tiga.
a. Ziarah ke Makam Nabi adalah Ma’siyat.
b. Menyatakan talak / cerai sekaligus tiga kali tidak jadi talak tiga.
Ibnu
Taimiyyah akhirnya dipenjara dan meninggal dipenjara tahun 728 M, namun
ajarannya secara diam-diam diajarkan oleh para pengikutnya.
6.
Pertengahan
Abad 12 H
Pada
tahun 111 M lahir seorang tokoh Wahabby yaitu Muhammad bin Abdul Wahab. Dia
menganut ajaran Ibnu Taimiyah bahkan ditambah dengan pendapat-pendapatnya
sendiri antara lain :
a.
Menetapkan anggota tubuh bagi Allah.
b.
Allah berada pada ruang dan gerak.
c.
Tidak boleh taqid kepada madzab 4.
d.
Mengharamkan tawasul dan mengharamkan ziarah kubur.
7.
Masa
Wali Songo (Abad 14 – 16)
Pada
Tahun 1404 M datang seorang Ulama bernama Syekh Maulana Malik Ibrohim / Syekh
Maghribi yang berasal dari Turki (riwayat lain dari Gujarat) menyebarkan Islam
ditanah Jawa tepatnya di Gresik. Setelah mempunyai pengikut cukup banyak beliau
mendirikan pondok pesantren dan masjid.
Konon
kabarnya beliau mendapat bantuan dari raja cermain dalam membangun dan
mendirikan Pon.Pes di Gresik. S. Maulana Malik Ibrohim (S. Gresik) itu tidak
hanya ahli dalam bidang agama saja, beliau juga ahli dalam bidang perekonomian.
Ini terbukti peningkatan ekonomi pertanian sangat maju di Gresik.
Pada tahun 1401 M lahir seorang putra bernama R. Rahmatullah (Sunan Ampel) dinegeri Cempa.
Pada tahun 1401 M lahir seorang putra bernama R. Rahmatullah (Sunan Ampel) dinegeri Cempa.
Salah
satu ajarannya yang terkenal adalah Falsafah “ MOLIMO “ yaitu :
1.
Emoh main (tidak mau judi)
2.
Emoh ngumbe (tidak mau minum yang memabukkan)
3.
Emoh madat (tidak mau minum/menghisap candu/ narkoba) (S.Q. Al – Maidah
90)
ياايها الذين امنوا انماالخمر والميسر والانصاب والازلام رجس من عمل الشيطان فاجتنبوه لعلكم تفلحون
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, judi berhala, dan undian – undian itu semua keji dan perbuatan syaitan, maka jauhilah olehmu, supaya kamu beruntung”. (S.Q. Al – Maidah 90)
ياايها الذين امنوا انماالخمر والميسر والانصاب والازلام رجس من عمل الشيطان فاجتنبوه لعلكم تفلحون
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, judi berhala, dan undian – undian itu semua keji dan perbuatan syaitan, maka jauhilah olehmu, supaya kamu beruntung”. (S.Q. Al – Maidah 90)
4.
Emoh maling
sesuai dengan Al-Qur’an yang artinya : “ Jika umatku tidak berbuat korupsi, maka tidak ada musuh yang dapat mengalahkan untuk selamanya. (H.R. Ath. Thabrani)
sesuai dengan Al-Qur’an yang artinya : “ Jika umatku tidak berbuat korupsi, maka tidak ada musuh yang dapat mengalahkan untuk selamanya. (H.R. Ath. Thabrani)
5.
Emoh madon
sesuai dengan Al-Qur’an yang artinya : “ Dan janganlah kamu mendekati Zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk “.
sesuai dengan Al-Qur’an yang artinya : “ Dan janganlah kamu mendekati Zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk “.
Dari
sejarah walisongo tiga yang terkenal dengan sebutan orang yang keras didalam
mengambil hukum dan tidak mau kompromi dengan adat istiadat, animisme dan
dinamisme beliau adalah : S. Ampel, Derajat dan Giri.
Sedangkan
sunan Bonang, Kalijaga, Gunung Jati, Kudus, dan Muria didalam menyiarkan agama
Islam masih menerima adat setempat, tapi berusaha mengikis adat istiadat yang
bertentangan dengan agama Islam sementara adat yang sulit dihilangkan sementara
dibiarkan agar tidak terjadi usaha kekerasan didalam penyebaran Islam.
Secara
singkat peranan Wali Songo didalam menyebarkan agama Islam di Indonesia itu
sangat toleran terhadap perbedaan pandang (tasamuh) asal tidak menyimpang dari
koridor islam itu sendiri.
Adapun
ajaran walisongo yang sampai sekarang diantaranya adalah :
1.
Tahlil mulai 3 hari, 7, 40, 100, mendak I, II, III dan 1000 hari.
2.
Ziarah kubur (S. Giri ziarah pada makam ibunya Puri Sekar dadu di
Blabangan)
3.
Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam dengan berbagai acara
(S.Kalijogo mengadakan Gong Sekaten dan Grebeg maulud pada malam 12 R.
Awwal)
4.
Tarawih 20 rekaat.
5.
Adzan jum’ah 2 kali.
6.
Sholat shubuh memakai qunut.
7.
Tawassul dan tabarruk dengan berbagai cara.
8.
Sedekah sebelum hajatan.
9.
Membaca kitab al – barjanji, manaqib dan lain-lain.
Beberapa Ajaran Keimanan Aswaja
Beberapa Ajaran Keimanan Aswaja
1.
Orang yang meyakini dengan hatinya dan menyatakan dengan
lesannya (membaca Syahadatain) dan konsekwen menjalankan ajaran agama, keimanan
yang seperti itu adalah keimanan yang sempurna dan langsung masuk surga.
2.
Orang yang meyakini dengan hatinya dan menyatakan dengan lesannya
(membaca syahadatain) belum melaksanakan seluruh ajaran agama dan sering
melakukan dosa besar. Orang seperti ini bisa masuk surga setelah dimasukkan
neraka dan keimanan seperti ini belum sempurna.
3.
Orang yang meyakini dengan hatinya, lesannya membaca syahadat,
tapi sama sekali tidak mengamalkan ajaran agama imannya termasuk iman yang
ringan.
4.
Orang yang meyakini dengan hatinya, tapi belum pernah membaca
syahadatain juga tidak mengamalkan ajaran agama. Iman seperti ini adalah keimanan
yang paling rendah derajatnya.
5.
Sifat Allah maha Esa menurut ASWAJA. Allah itu Esa (tunggal) Dzat
– Nya, sifat-sifat-Nya dan Esa dalam perbuatannya.
لم يلد ولم يو لد
Allah itu Esa tidak beranak dan diperanakkan.
لم يلد ولم يو لد
Allah itu Esa tidak beranak dan diperanakkan.
6.
Orang yang hatinya tidak meyakini, tapi membaca syahadatain
dan tidak melaksanakan ajaran agama ia disebut munafiq.
-
Didunia kita perlakukan sebagai adanya (menurut pengakuannya)
-
Tetapi diakherat orang munafiq termasuk ahli neraka.
Kesimpulan
Dilihat dari sisi histori atau sejarah dari
masa Rasullulah hinga masa Wali Songo dan saat ini, bisa disimpulkan bahwa
Aswaja masih punya masa depan. Karena jika kita teliti dari masa ke masa – masa
Aswaja menunjukan perkembangan, meskipun banyak perselisihan yang terjadi.
Namun itu semua bisa diatasi. Perkembangan yang sangat jelas terlihat adalah
pada masa Tabi’in hingga masa wali Songo.
BAB III
PENUTUP
Jika kita melihat masa kekinian, zaman semakin akhir, maka gejala-gejala pendangkalan nilai dan
norma agama terutama dalam aspek Aqidah makin tampak, ditambah lagi kecanggihan
media baik elektronik maupun mess media. Oleh karena itu tiada alternatif lain
bagi kita untuk memperdalam ilmu dibidang Aqidah tersebut khususnya Aswaja agar
kita tidak terbawa kedalam ajaran yang sesat.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan kepada kita
bersama didalam langkah dan perjuangan menegakkan agama Islam Ala Ahlussunah
Wal jama’ah. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
1.
DEPAG RI. Al-Qur’an dalam terjemahannya, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah / pentafsir Al-qur’an 1971 M
2. A. Zainuddin S.Ag dan M Jamhari S.Ag, Al-Islam Aqidah & Ibadah CV. Pustaka Setia 1999 M.
3. Baedlowi Syamsuri, Kisah Walisonggo Apollo Surabaya 1995 M
4. Syekh Umar Abdul Jabbar Khulashoh Nurul yaqin Juz 2 & 3.
5. K.H. M. Sya’roni Ahmadi Al – faroidus Saniyah 1922 M
6. Syekh Al – Alamah K.H. Ali Ma’shum Yogyakarta Hujjah Ahlussunah Wal jama’ah.
7. KH. Sya'rono Ahmadi, Faroidus Saniyyah
8. IPNU-IPPNU Mijen Demak
2. A. Zainuddin S.Ag dan M Jamhari S.Ag, Al-Islam Aqidah & Ibadah CV. Pustaka Setia 1999 M.
3. Baedlowi Syamsuri, Kisah Walisonggo Apollo Surabaya 1995 M
4. Syekh Umar Abdul Jabbar Khulashoh Nurul yaqin Juz 2 & 3.
5. K.H. M. Sya’roni Ahmadi Al – faroidus Saniyah 1922 M
6. Syekh Al – Alamah K.H. Ali Ma’shum Yogyakarta Hujjah Ahlussunah Wal jama’ah.
7. KH. Sya'rono Ahmadi, Faroidus Saniyyah
8. IPNU-IPPNU Mijen Demak
Posting Komentar untuk "MAKALAH ASWAJA"