MAKALAH
SYARAT DAN
KRITERIA HADITS MAUD’HU
Makalah ini Disusun dalam Rangka Memenuhi
Salah Satu Tugas
Mata Kuliah
Ulum Al-Hadits
Dosen: Ridwan Effendi, S.S., M.Ag.
Disusun oleh:
Kelompok 9
HERI
HERYADI 2012.1.010
SEMESTER III
JURUSAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI
EKONOMI SYARIAH
TAHUN AKADEMIK
2013-2014
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MA’ARIF CIAMIS
Jln. Umar Soleh no. 424 Imbanagara Raya Ciamis
KATA
PENGANTAR
Puji syukur selalu kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan RahmatNya dapat menyelesaikan makalah Salah satu materi mata
kuliah Ulum
Al-Hadits dengan tema “Syarat dan Kriteria Hadits maud’hu”.
Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Ulum
Al-Hadits.
Saya sebagai penyusun makalah ini menyadari makalah ini masih sangat sederhana sehingga perlu
pengembangan-pengembangan dalam kelengkapannya. Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan
demi perbaikan pada masa mendatang.
Akhirnya, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan masukan-masukan demi tersusunnya makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu bersama kita. Amin.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………...……………. i
Daftar isi …………………………………………………………..………….. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………..………………..........................…………………. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan ………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Hadist Maudhu’……............................……….………….... 3
2.2. Awal
Munculnya Hadits Maudhu'……................................................. 3
2.3. Derajat Hadits Maudhu' dan Hukum Meriwayatkannya............................. 3 2.4.
Cara Yang
Ditempuh Pembuat Hadits Maudhu'......................................... 4
2.5. Bagaimana Mengetahui Hadits Maudhu.................................................... 4
2.6.
Motivasi-motivasi
yang Mendorong Melakukan Pemalasuan Hadits........ 5
2.7. Ancaman Bagi
yang Membuat Hadits Maudhu'....................................
8
2.8
Kitab-kitab
Referensi Hadits Palsu………………………………….….. 8
2.9. Ciri-ciri
Hadist Maudhu’………………………..…………………....….. 8
2.10. Contoh
Hadist Mau’dhu………………………………………....……… 9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan…...………….......……………………………….………..…. 11
3.2 Saran……………………………...……………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hadits merupakan sumber kedua setelah
Al Qur'an dalam islam. Kita sebagai seorang muslim tidak meyakini bahwa semua
hadits adalah shahih. Namun juga
tidak benar bila menganggap bahwa semua hadits itu palsu,
sebagaimana anggapan para orientalis.
Jadi memang ada hadits yang shahih,
hasan, dha'if, dan maudhu'(palsu). Dalam dalam kesempatan ini, insya Allah saya
akan menjelaskan seputar hadits maudhu', agar kita faham pembahasan yang
berkaitan dengan hadits maudhu', baik pengertian, hukum, ciri-ciri maupun yang
lainnya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun Masalah-masalah yang akan dibahas dalam Makalah ini
adalah sebagai berikut,
1.2.1.
Apa Pengertian dari Hadist Maudhu’ ?
1.2.2. Bagaimana Munculnya Hadist Maudhu’?
1.2.3.
Bagaimana Derajat Hadist Maudhu’ dan
Hukum Meriwayatkannya ?
1.2.4.
Bagaimana Cara yang ditempuh dalam
Pembuatan Hadist Mau’dhu’ ?
1.2.5.
Bagaimana Cara mengetahui Hadist Maudhu’
?
1.2.6.
Apa saja Motivasi-motivasi yang
Mendorong pemalsuan Hadist ?
1.2.7.
Apa Ancaman bagi Orang yang membuat
Hadist Maudhu’ ?
1.2.8.
Apa ciri-ciri dari Hadist Maudhu’?
1.2.9.
Apa saja contoh-contoh Dari Hadist
Maudhu’ ?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1.
Menjelaskan pengertian Hadist
Maudhu’ .
1.3.2.
Untuk Mengetahui Bagaimana Munculnya
Hadist Maudhu’.
1.3.3. Untuk Mengetahui bagaimana Derajat
Hadist Maudhu’ dan Hukum Meriwayatkannya.
1.3.4. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara yang
ditempuh dalam Pembuatan Hadist Mau’dhu.
1.3.5.
Untuk Menjelaskan Bagaimana Cara
mengetahui Hadist Maudhu’.
1.3.6.
Menjelaskan apa saja
Motivasi-motivasi yang Mendorong pemalsuan Hadist.
1.3.7.
Menjelaskan ciri-ciri dari Hadist Maudhu’.
1.3.8.
Menjelaskan contoh-contoh dari
Hadist Maudhu’
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hadist Maudhu’
2.1.1. Hadist Maudhu’
Menurut Bahasa
Merupakan isim maf'ul (objek) dari kata
wadha'a Asy-Syaia, yang berarti menurunkannya. Dinamakan seperti itu, karena
memang menurunkan
derajatnya.
Menurut Bahasa
Adalah kedustaan yang dibuat dan
direka-reka yang disandarkan atas nama Rasulullah ia termasuk periwayatan
yang paling jelek.
2.2. Awal Munculnya
Hadits Maudhu'
Perpecahan kaum Muslimin menjadi
beberapa kelompok setelah fitnah( masa) setelah terbunuhnya Utsman bin Affan), menjadikan setiap
kelompok mencaridukungan dari Al Qur'an dan As Sunah. Sebagian kelompok
mentakwilkan AlQur'an bukan pada makna sebenarnnya. Dan membawa As Sunah bukan
padamaksudnya. Bila mereka mentakwilkan hadits mereka menisbatkan kepada
Nabi.Apalagi tentang keutamaan para Imam mereka. Dan kelompok yang
pertamamelakukan hal itu adalah Syi'ah.
Hal ini tidak pernah terjadi paada masa
Rasulullah dan tidak pernah dilakukan seorang shahabatpun. Apabila diantara mereka berselesih
mereka berijtihad, dengan mengedepankan mencari kebenaran.
2.3. Derajat Hadits
Maudhu' dan Hukum Meriwayatkannya.
Hadits maudhu' merupakan hadits yang
paling rendah dan paling buruk. Sehingga para ulama' sepakat, haramnya
meriwayatkan hadits maudhu' dari orang yangmengetahui kepalsuannya dalam bentuk
apapun, kecual
i disertai denganpenjelasan akan kemaudhu'anya.
Nabi bersabda: "Barangsiapa
yang menceritakan hadits dari sedang dia mengetahui bahwa itu dusta, maka dia
termasuk para pendusta." (HR. Muslim).
2.4. Cara Yang Ditempuh Pembuat Hadits
Maudhu'
2.4.1 Membuat
perkataan yang berasal dari dirinya, kemudian meletakkan sanadnya dan
meriwayatkannya.
2.4.2. Mengambil
perkataan ahli bijak atau selain mereka kemudian meletakkan sanadnya.
2.5. Bagaimana Mengetahui Hadits Maudhu'
2.5.1. Pengakuan dari
orang yang memalsukan hadits. Seperti pengakuan Abi 'Ishmat Nuh bin Abi Maryam,
yang digelari Nuh Al Jami', bahwasanya ia telah memalsukan hadits atas Ibnu
Abbas tentangkeutamaan-keutamaan Al Qur'an surat per surat. Dan seperti
pengakuan Maisarah bin Abdi Rabbihi Al Farisi bahwa dia telah memalsukan hadits
tentang keutamaan Ali sebanyak tujuh puluh hadits.
2.5.2. Pernyataan yang
diposisikan sama dengan pengakuan.Seperti seseorang menyampaikan hadits dari
seorang syaikh, danhadits itu tidak diketahui kecuali dari syaikh tersebut.
Ketika ditanya perawi tersebut, tentang tanggal kelahirannya, ternyata perawi
dilahirkan sesudah kematian syaikh. Atau pada saat syaikh meninggal dia masih
kecil dan tidak mendapatkan periwayatan.
2.5.3. Adanya
inidikasi perawi yang menunjukkan akan kepalsuannya. Misal perawi Rafidhah,
haditsnya tentang keutamaan ahli bait.
As Suyuthi
berkata:"Dari indikasi perawi (maudhu') adalah diaseorang Rafidhah dan
haditsnya tentang keutamaan ahli bait.
"Hamad bin
Salamah berkata: "Menceritakan kepada syaikh mereka(Rafidhah), dengan
berkata: "Bila kami berkumpul-kumpul,kemudian ada sesuatu yang kami anggap
baik maka kami jadikansebagai hadits."
2.5.4. Adanya indikasi
pada isi hadits, bertentangan dengan akal sehat, bertentangan dengan indra,
berlawanan dengan ketetapan agama atau susunan lafadz lemah dan kacau, serta
kemustahilan hadits tersebut bersumber dari Rasulullah.
Menurut Abu
Bakar bin Ath Thayib:"Sesungguhnya bagian daripetunjuk maudhu' adalah
tidak masuk akal yang tidak bisa ditakwil disertai dengan tidak berdasar pada
panca indra, atau menafikan
Dalil-dalil Al Qur'an yang
qath'I, sunah yang mutawatir dan ijma'. Adapun jika bertentangannya
memungkinkan untuk dijamak, maka ia tidak (maudhu')."
Ibnu Al Jauzi
berkata:"Perkataan yang paling tepat berkenan dengan hadits maudhu'
adalah, apabila kamu melihat hadits yang menjelaskan akal, menyelisihi naql
(dalil), atau yang membatalkan masalah ushul(akidah), ketahuilah sesungguhnya
itu adalah maudhu'."
Misalnya apa
yang diriwayatkan Abdurahman bin Zaid bin Aslam dari bapaknya dari kakeknya
secara marfu'," Bahwa kapal Nabi Nuh thawaf mengelilingi ka'bah tujuh kali
dan shalat dua rakaat di maqam Ibrahim.
2.6.
Motivasi-motivasi yang Mendorong Melakukan Pemalasuan
Hadits.
Banyak niatan seseorang memalsukan
hadits baik timbul dari motif politik, kebodohan, kezindikan atau hoby semata.
Berikut adalah motivasi-motivasi mereka:
a. Membela suatu
madzhab, termasuk madzhab yang terpecah menjadi aliran politik setelah
munculnya fitnah(masa setelah terbunuhnya Utsman bin Affan) dan maraknya
aliran-aliran politik seperti Khawarij dan Syi'ah. Masing-masing aliran membuat
hadits-hadits palsu untuk memperkuat golongannya. Ini merupakan asal dari
kedustaan atas nama Rasulullah
b. Imam Malik
ditanya tentang Rafidhah, berkata:"Janganlah engkau bicara dengan mereka,
jangan meriwayatkan (hadits) dari mereka sesungguhnya mereka berdusta."
c. Dalam rangka
Taqarrub kepada Allah, dengan meletakkan hadits-hadits targhib(yang mendorong)
manusia untuk berbuat kebaikan, atau hadits yang berisi ancaman terhadap
perbuatan munkar. Mereka yang membuat hadits-hadits maudhu' ini biasanya
menisbatkannya kepada golongan ahli zuhud dan orang-orang shalih. Mereka ini
termasuk kelompok pembuat hadits maudhu' yang paling buruk, karena manusia menerima
hadits-hadits maudhu' mereka disebabkan kepercayaan terhadap mereka.
d. Diantara mereka
adalah Maisarah bin Abdi Rabbihi. Ibnu Hibban telah meriwayatkan dari kitabnya
Ad Dhu'afa', dari Ibnu Mahdi, dia bertanya kepada Maisarah bin Abdi
Rabbihi:"Dari mana engkau mendatangkan hadits-hadits seperti,
"Barangsiapa membaca ini maka ia akan memperoleh itu? Ia
menjawab:"Aku sengaja membuatnya untuk memberi dorongan kepada
manusia."
e. Mendekatkan
diri kepada penguasa demi menuruti hawa nafsu. Sebagian orang yang imannya
lemah berupaya mendekati sebagian penguasa dengan membuat hadits yang
menisbatkan kepada penguasaagar mendapat perhatian.
f. Seperti kisah
Giyats bin Ibrahim An Nakh'I Al Kufi dengan Amir Mukminin Al Mahdi, ketika
masuk ke (ruangan Amirul Mukminin) dan menjumpai Al Mahdi tengah bermain-main
dengan burung merpati.Maka ia menambahkan perkataan dalam hadits yang
disandarkankepada Nabi, bahwa beliau bersabda:"Tidak ada perlombaan
kecuali bermain pedang, pacuan, menggali atau sayap."
g. Ia menambahkan
kata sayap (junah), yang dilakukan untuk menyenangkan Al Mahdi, lalu Al Mahdi
memberinya sepuluh dirham. Setelah berpaling, Sang Amir berkata:"Aku
bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama Rasulullah. Kemudian
Al Mahdi memerintah untuk menyembelih burung merpati itu.
h. Zindiq yang
ingin merusak manusia dan agamanya. Hamad bin Zaid berkata: "Orang-orang
zindiq membuat hadits dusta yang disandarkan kepada Rasulullah sebanyak
empat belas ribu hadits."
i.
Ahmad bin Shalih Al Mishri
berkata:"(Hukuman bagi) orang zindiq adalah dipenggal lehernya,
orang-orang dungu itu telah membuat hadits maudhu' sebanyak empat ribu, maka
berhati-hatilah."
j.
Ketika akan dipenggal lehernya Ibnu Adi
berkata:"Aku telah memalsukan hadits diantara kalian sebanyak empat ribu hadits,
aku mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram."
k. Mengikuti hawa
nafsu dan ahli ra'yu yang tidak mempunyai dalil dari kitab dan sunah kemudian
membuat hadits maudhu' untuk membenarkan hawa nafsu dan pendapatnya.
l.
Dalam rangka mencari penghidupan dan
memperoleh rizki. Seperti yang dilakukan sebagian tukang dongeng yang mencari
penghidupan melalui berbagai cerita kepada masyarakat. Mereka menambahnambahkan
ceritanya agar masyarakat mau mendengar dongengannya, lalu mereka memberi upah.
Diantara mereka adalah Abu Sa'id Al Madani.
m. Dalam rangka
meraih popularitas, yaitu dengan membuat hadits yang gharib(asing) yang tidak
dijumpai pada seorangpun dari syaikh-syaikh hadits. Mereka membolak balik sanad
hadits supaya orang yang mendengarnya terperangah. Diantara mereka adalah Ibnu
Abu Dihyah dan Hammad bin An Nashibi.
n. Fanatisme
terhadap Imam atau Negri. Asy Syu'ubiyun memalsu hadits yang
berbunyi:"Sesungguhnya Allah apabila murka menurunkan wahyu dengan
menggunakan bahasa Arab, dan apabila ridha menurunkan.wahyu dengan bahasa Persi
(Al Farisiyah)." Maka seorang Arab yangjahil membaliknya, perkataan ini,
yaitu, " Sesungguhnya Allah apabila murka menurunkan wahyu dengan
menggunakan bahasa Persi (Al Farisiyah), dan apabila ridha menurunkan wahyu
dengan bahasa Arab."Dan orang yang ta'ashub(fanatik) terhadap Abu Hanifah,
memalsu hadits, yang berbunyi:"Akan ada dari umatku seorang laki-laki yang
disebut Abu Hanifah Al Nu'man, dia adalah penerang umatku."
o. Dan orang yang
tidak senang dengan Imam Asy Syafi'I, membuat hadits yang berbunyi:" Akan
ada dari umatku seorang laki-laki yang disebut Muhammad bin Idris, dia lebih
bahaya atas umatku dari pada iblis."
2.7. Ancaman Bagi
yang Membuat Hadits Maudhu'.
Orang yang berdusta atas nama
Rasulullah ancamannya sangat keras.
Sebagaimana Nabi bersabda:
"Barangsiapa berdusta atas namaku
secara sengaja, maka hendaknya ia bersiasiap menempati tempatnya
dineraka."
Hadits ini diriwayatkan secara
mutawatir, yaitu diriwayatkan 70 orang shahabat.Dalam riwayat Al Bukhari tidak
terdapat ( mu’tamidan ) atau dengan sengaja. Namun dalam riwayat Ibnu Hibban
terdapat kata (mu’tamidan) ini. Adapun ( فليتبوّأ
) adalah perintah yang juga berarti kabar(berita), ancaman, penghinaan atau
do'a atas pelakunya. Yaitu semoga Allah menyiapkan untuknya (nereka).
Syaikh Muhammad Abu Al Juwaini,
berpendapat bahwa kafir bagi orang yang memalsu hadits Rasulullah dengan
sengaja dan mengetahui (hukum berkenan) dengan yang ia ada-adakan.
2.8 Kitab-kitab
Referensi Hadits Palsu
Para ulama telah merupaya mengumpulkan
hadits-hadits palsu supaya kaum muslimin selamat dari makar pembuatnya, di
antara kitab-kitab tersebut yaitu:
a. Al Madhu'at,
karangan Ibnu Al Jauzi.
b. Al La'ali Al
Mashnu'ah fi Al Ahadits Al Maudhu'ah, karaya As
c. Suyuthi,
ringkasan kitab diatas.
d. Tanzihu Ay
Syri'ah Al Marfu'ah 'an Al Ahadits Asy Syani'ah Al Maudhu'ah karya Ibnu 'Iraqi
Al Kittani, ringkasan kedua kitab diatas.
e. Silsilah Al
Ahadits Ad Dha'ifah, karya Al Albani.
2.9. Ciri-ciri Hadist Maudhu’
Para ulama hadits menentukan
beberapa ciri-ciri untuk mengetahui ke maudlu-an sebuah hadits,
diantarannya :
a. Adanya
pengakuan si pembuat hadits maudlu itu sendiri, pernah seorang ulama menanyakan
suatu hadits kepada perawinya dan perawi tersebut mengakui bahwa ia memang menciptakan
hadits tersebut untuk suatu keperluan.
b. Adanya
indikasi yang memperkuat, misalnya seorang rawi mengaku menerima satu hadits
dari seorang tokoh, padahal ia belum pernah bertemu dengan tokoh tersebut, atau
tokoh tersebut sudah meninggal sebelum perawi itu lahir.
c. Adanya
indikasi dari sisi tingkah laku sang perawi, misalnya diketahui bahwa ada
tingkah laku yang menyimpang dari diri sang perawi.
d. Adanya
pertentang makna hadits dengan Alquran, atau dengan hadits mutawatir, atau
dengan ijma’atau dengan akal sehat.
2.9.1.
Contoh Hadist Mau’dhu
·
Hadits maudhu'
(palsu):
"Sesungguhnya Allah menggenggam segenggam dari
cahaya-Nya, lalu berfirman kepadanya, 'Jadilah Muhammad'."
·
Hadits maudhu':
"Wahai
Jabir, bahwa yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah cahaya
Nabimu."
·
Hadits tidak
ada sumber asalnya:
"Bertawassullah
dengan martabat dan kedudukanku."
·
Hadits maudhu'.
Demikian menurut AI-Hafizh Adz-Dzahabi:
"Barangsiapa
yang menunaikan haji kemudian tidak berziarah kepadaku, maka dia telah bersikap
kasar kepadaku."
·
Hadits tidak
ada sumber asalnya. Demikian menurut Al-Hafizh Al-'lraqi.
"Pembicaraan
di masjid memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."
·
Hadits maudhu'.
Demikian menurut AI-Ashfahani:
"Cinta
tanah air adalah sebagian daripada iman."
·
Hadits maudhu',
tidak ada sumber asalnya:
"Berpegang
teguhlah kamu dengan agama orang-orang lemah."
·
Hadits tidak
ada sumber asalnya:
"Barangsiapa
yang mengetahui dirinya, maka dia telah menge-tahui Tuhannya."
·
Hadis tidak ada
asal sumbernya:
"Aku
adalah harta yang tersembunyi."
·
Hadits maudhu':
"Ketika
Adam melakukan kesalahan, ia berkata, 'Wahai Tuhanku, aku memohon kepadaMu
dengan hak Muhammad agar Engkau mengampuni padaku."
·
Hadits maudhu':
"Semua
manusia (dalam keadaan) mati kecuali para ulama. Semua ulama binasa kecuali
mereka yang mengamalkan (Ilmunya). Semua orang yang mengamalkan ilmunya
tenggelam, kecuali mereka yang ikhlas. Dan orang-orang yang ikhlas itu berada
dalam bahaya yang besar."
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Hadis mawdhu merupakan buatan pendusta yang dinisbahkan pada
Nabi , padahal tidak berasal darinya, maka pada hakikatnya bukan hadis tetapi
pernyataan selain Allah.
Hadis mawdhu merupakan hadis palsu sehingga tidak baik/cocok
untuk dijadikan sebuah landasan/pegangan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menentukan suatu hukum.
3.2. SARAN
Atas berkat rahmat Allah SWT, makalah ini dapat diselesaikan
dengan sebaik mungkin. Meskipun makalah ini telah tersusun dengan
sistematisnya. Namun bukan berarti makalah ini tidak mempunyai kekurangan.
Penulis memohon maaf jika terdapat kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Olehkarena itu, penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad
Syakir, hal 85.
Muhammad
Syakir, hal 83
Muhammad
Syakir, hal 88
Posting Komentar untuk "MAKALAH SYARAT DAN KRITERIA HADITS MAUD’HU"