Contoh Makalah Pendidikan Jarak Jauh ( PJJ )



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
                                                                 
Pendidikan Jarak Jauh ( PJJ ) merupakan sekumpulan metode pengajaran dimana aktivitas belajar mengajar dilaksanakan secara terpisah. Pemisahan tersebtu dapat berupa jarak maupun keadaan / geografis suatu daerah. Dalam PJJ ( Pendidikan Jarak Jauh) juga menggunakan bermacam metode yang dilakukan dikomunikasikan melalui media, dengan demikian PJJ diharapkan dapat mengatasi  beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan  jarak dan lingkungan / geografis suatu daerah. Salah satu contoh media dalam pendidikan PJJ adalah Edmodo, dengan adanya edmodo pengajar atau siswa tidak perlu lagi datang ke tempat belajar, tugas dan pelajaran dapat di berikan secara online.

SK  Mendiknas No.107/U/2001, UU Sisdiknas No. 20/2003, PP 17/2010 dan juga PP 66/2010, sistam PJJ sudah menjadi bagian yang menyatu dalam dunia pendidikan di Indonesia, dan menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap pendidikan.

Pada tahun 2010, anka partisipasi kasar pendidikan tinggin di Indondesia mencapai 21.6%. suatu hasi yang menggembirakan, namun  masih jauh dari pencpaain tarnet nasional , yaitu 30 % pada tahun 2015. Dalamm PP 17/2010 pasa 118 diyatakan bahwa PJJ diselenggarakan  dengan tujuan meningkatkan  perluasan  dan pemerataan  akses pendidikan serta meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan. Belajar mandiri, belajar tuntas, menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Melalui system PJJ, setiap orang dapat memperoleh akses pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan keluarga, rumah, pekerjaan dan tidak kehilangan kesempatan berkarir. Sifat masal system PJJ dalam mendistribusikan pendidikan yang terstandard dengan menggunakan media, standarisasi campain pembelajaran , materi ajar, proses pembelajaran, bantuan belajar dan evaluasi pembelajaran, menjadikan pendidikna berkualitas dapat di peroleh berbagai kalangan lintas ruang dan waktu.

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997) sedang kan pebelajaran adalah sebuah proses komunikasi atau interaksi  antara sumber belajar dengan  siswa, jadi media pembelajaran adalah sebuah alat  yang berfungsi untuk menyampaikan  pesan  dalam sebuah proses komunikasi atau interaksi antaa sumber belajar dengan peserta didik. Media pembelajaran seseungguhnya sangat diperlukan dalam pjj, karena berfungsi sebagai alat komunikasi anatara pengajar dan peserta didiknya sehingga terbentuk suatu proses pembelajaran yang memadai. Akan tetapi, media pembelajaran juga tak ayal menjadi sebuah penghalang/penghambat bagi peserta didik dalam proses pjj.

1.2  Tujuan Penulisan

1.2.1. Sebagai persyaratan untuk melengkapi salah satu syarat penyelesaian Pendididkan Program Diploma III ( D 3 ) Amik Wahana Mandiri Kerjasama dengan Seamolec.
1.2.2.   Memberikan alternatif supaya bisa diperbaiki dalam pengaflikasikanya sistem pembelajaran kelas maya pada sekolah-sekolah khususnya SMK dengan system pembelajaran PJJ ( Pendidikan Jarak Jauh ).

1.3  Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membatasi permasalahan dalam ruang lingkup Media dengan KDPJJ dan untuk pengamatan atau riset sederhana pada sebuah sekolah atau kampus dengan cara melihat potensi SDM (pengajar), fasilitas, kondisi siswa dan media pembelajaran yang digunakan disekolah atau kampus tersebut.

1.4  Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah:
PJJ diharapkan dapat mengatasi  beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan  jarak dan lingkungan / geografis suatu daerah. Salah satu contoh media dalam pendidikan PJJ adalah Edmodo, dengan adanya edmodo pengajar atau siswa tidak perlu lagi datang ke tempat belajar, tugas dan pelajaran dapat di berikan secara online.




1.5  Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan KKP ini, pembahasan dan penganalisaannya diklasifikasikan secara sistematis ke dalam 3 (tiga) bab yaitu:
BAB I              : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulisan mengemukakan  tentang  Latar Belakang Masalah,  Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup, dan Sistematika Penulisan.

BAB II             : PEMBAHASAN
ü  Gambaran Umum PJJ
ü  Gambaran Umum Media

BAB III            : PENUTUP
ü  Kesimpulan
ü  Daftar Pustaka



















BAB II
PEMBAHASAN

Perubahan paradigma pendidikan dimana tadinya pembelajaran berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada peserta didik (Brodjonegoro, 1999) atau dari “teacher centre menjadi student centre” terjadi dalam PJJ. Hal ini memang merupakan hal mendasar yang menjadi pembeda antara PJJ dengan pembelajaran biasa yang diharuskan bertatap muka langsung dengan pengajar. PJJ berhasil mengubah paradigma pendidikan yang biasanya berpusat pada pengajar dikarenakan peserta didik secara tidak sadar telah dilatih untuk mempelajari suatu materi sendiri. Untuk itu, diharapkan dengan adanya PJJ ini peserta didik akan menjadi lebih kreatif sehingga bisa menimbulkan interaksi dengan pengajar yang merupakan salah satu syarat terjadinya pembelajaran. PJJ bukan hanya pendidikan yang mengarahkan peserta didik untuk belajar mandiri, tetapi juga menimbulkan inisiatif dari peserta didik sehingga interaksi dengan pengajar bisa terwujud.

Namun, dengan tujuan menimbulkan inisiatif peserta didik, pengajar juga tidak boleh lepas tangan begitu saja. Pengajar tetap harus mengambil peranannya sebagai fasilitator semaksimal mungkin. Dengan adanya peserta didik yang tidak mempunyai inisiatif hendaknya pengajar bisa mengambil langkah tepat untuk berinteraksi dengan peserta didik tersebut sehingga peserta didik pun tidak merasa ditinggalkan. Dikarenakan interaksi yang merupakan kebutuhan dasar setiap manusia maka pengajar tidak boleh hanya memberikan materi dan ujian saja, melainkan dia juga harus berinteraksi dengan peserta didik.

2.1 Gambaran Umum PJJ

PJJ sendiri adalah sekumpulan metode pengajaran dimana aktivitas dosenan dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisahan kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak fisik. Pemisahan dapat pula jarak non-fisik yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi institusi pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut. Keterpisahan kegiatan pengajar dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari PJJ. Selain itu dalam PJJ juga menggunakan bermacam metode pembelajaran yang dikomunikasikan melalui media. Dengan demikian PJJ diharapkan dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan dosen yang berkualitas. Pada sistem pendidikan ini dosen dan peserta didik tidak harus berada dalam lingkungan geografi yang sama.

PJJ kini menjadi model baru dalam alternatif pembelajaran di banyak perguruan tinggi, bukan saja di negara-negara ASEAN, tetapi juga di dunia. Alasannya, model ini bisa dipakai sebagai instrumen kebijakan mengatasi masalah pemerataan pendidikan, di samping juga efektif dan efisien, relatif murah biayanya, dan fasilitas pendukungnya juga semakin tersedia dan terjangkau. (Soekartawi, 2006).

Tentunya pendidikan jarak jauh ini tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh tiga aspek. Pertama adalah peserta didik dalam pendidikan jarak jauh. Tentunya suatu sistem pendidikan tidak akan berjalan jika tidak ada aspek yang pertama ini. Siapa yang akan menjadi peserta didik kalau dalam suatu sistem pendidikan itu sendiri tidak memiliki siswanya? Maka ini peserta didik adalah aspek pertama yang penting sebagai suksesor sistem PJJ itu sendiri. Kedua adalah tenaga ajar yang sama pentingnya dengan peserta didik. Memang punya peran berbeda tetapi keduanya adalah simbiosis mutualisme yang akan menguntungkan mereka berdua. Peserta didik dapat pengalaman ilmu dari tenaga ajar, sedangkan tenaga ajar berhasil menyampaikan ilmu yang mereka kuasai. Aspek yang terakhir adalah media, tentu harus ada media yang menyatukan mereka menjadi komunikasi timbal balik.
2.1.1        Perkembangan yang menjadi awal dari perkembangan pendidikan jarak jauh antara lain:
2.1.1.1 Generasi Pertama, Model korespondensi
*      Bahan Cetak
2.1.1.2 Generasi Kedua, Model Multi Media
*      Cetak
*      Kaset
*      Video Rekaman
*      Pembelajaran berbasis komputer
*      Video Interaktif (VCD, DVD, dll )
2.1.1.3 Generasi Ketiga , Model Pendidikan jarak Jauh
*      Telekonfrensi melalui audio
*      Konfrensi melalui video
*      Siaran Televisi/Radio
2.1.1.4 Generasi Keempat , Model Pembelajaran Fleksibel
*      Multimedia interaktif
*      Akses internet
*      Komunikasi bermedia Komputer
2.1.1.5 Generasi Kelima, Model E-Learning
*      Web-based courses (multimedia terintegrasi)
*      Komunikasi yang dimediasikan komputer
2.1.1.6 Generasi keenam, Model Pembelajaran Bergerak (mobile)
*      Koneksi NIrkabel
*      Akses internet melalui www (World Wide Web)
*      Palm e-learning (sms, hp/komunikator, personal data assistant)

2.1.2        Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menempuh PJJ adalah:
2.1.2.1 Interaksi, baik dengan para dosen, bahan pembelajaran, atau pun lingkungan   sekitar.
2.1.2.2 Keaktifan, kemauan yang tinggi untuk mengikuti, dan mempelajari materi pembelajaran, mencari bahan pembelajaran, karena dalam Pendidikan Jarak Jauh ada keterpisahan antara dosen dan peserta didik, dan yang paling utama adalah;
2.1.2.3 Menjadikan setiap pembelajaran merupakan hal yang menyenangkan.

2.1.3        Permasalahlan yang sering muncul dalam pendidikan jarak jauh adalah:
2.1.3.1 Pemerataan Pendidikan
            Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah  pelaksanaan program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah.

            Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini. Bukti nyatanya masih terjadi kesenjangan pemerataan pendidikan adalah banyaknya tempat belajar yang dinilai kurang layak, dan masalah ini juga sangat mengganggu berkembangnya IPTEK. Padahal kemungkinan IPTEK menjadi salah satu solusi permasalahan ini sangat besar, seperti diadakannya PJJ. Bagaimana PJJ dapat berjalan jika fasilitas yang diberikan tidak memadai bahkan belum ada fasilitas yang mendukung adanya PJJ. Dengan PJJ, pelajar  dapat mendapatkan ilmu atau pendidikan yang berkualitas walaupun berada di tempat yang jauh.

2.1.3.2 Mutu dan Relevansi Pendidikan
            Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk kreatifitas siswa unutk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif. Akibat dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah menjadi sekolah cenderung kurang fleksibel, dan tidak mudah berubah seiring dengan perubahan waktu dan masyarakat.

            Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama antara lembaga pendidikan dengan berbagai organisasi masyarakat. PJJ juga dapat membantu untuk masalah ini, karena menurut fakta banyak pelajar itu sulit mengungkapkan langsung entah itu berupa pertanyaan atau aktif di dalam kelas. Namun saat melakukan PJJ dia sangat aktif karena sering malakukan diskusi online dan sering bertanya pada guru/dosen tanpa harus malu jika merasa kurang  mengerti dalam materi yang disampaikan.

2.1.3.3 Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
            Sesuai dengan pokok permasalahan pendidikan yang ada selain sasaran pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu masalah lain yang dinggap penting dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu efisiensi dan efektifitas pendidikan. Permasalahan efisiensi pendidikan dipandang dari segi internal pendidikan. Maksud efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal.

            Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan meghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Pelaksanaan pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat dalam usaha penghematan waktu dan tenaga. Dan ini pula kelebihan yang ditawarkan PJJ dengan mutu yang berkualitas, menghemat waktu, tenaga dan biaya dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang unggul sehingga PJJ dapat dikelompokkan pada system pengajaran yang efektif dan efisien.

2.1.4 Permasalahan Dan Solusi Dalam Penerapan PJJ Berbasis ICT Dilihat Dari   Realita Di SMK Ma’arif NU Ciamis Dan SMK Ma’arif NU Cimaragas :
2.1.4.1 Disekolah saya masih banyak siswa yang ekonominya masih rendah sehingga terbentur dengan biaya untuk membeli sarana untuk menunjang  terealisasinya Pendidikan Jarak Jauh,seperti laptop,modem dan lain sebagainya.
2.1.4.2 Kurangnya buku-buku pengantar tentang PJJ,sehingga murid maupun guru kurang faham dan mengetahui tentang Kompetensi Pendidikan Jarak jauh.
  2.1.4.3 Guru guru disekolah saya mengabdi banyak yang tidak tahu akan adanya kurikulum PJJ.
2.1.4.4  Kurangnya pemahaman baik guru ataupun siswa akan PJJ itu sendiri.
2.1.4.5 Kalau dilihat disekiatar tempat/daerah saya tinggal masalah ICT banyak yang tidak tahu kecuali segilintir orang yang kuliah Prodi ICT.apalagi PJJ yang sifatnya lebih mendalam dibidang ICT.
Solusi Permasalahan Dalam Penerapan PJJ Berbasis ICT Dillihat Dari Realita Di SMK Ma’arif NU Ciamis Dan SMK Ma’arif NU Cimaragas Dilihat Dari Permasalah-Permasalahan Diatas:
1.      Adanya bantuan dari pemerintah untuk memebrikan alat-alat elektronik yang menunjang terjadinya PJJ,terutama kepada murid dan guru yang ekonominya kurang atau bisa dikatakan kurang mampu.
2.      Dinas pendidikan harus bisa menyalurkan buku-buku tentang ICT terutama buku-buku panduan dan pengantar tentang PJJ sekaligus mengawasinya dalam penyaluran buku-buku tersebut supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.Atau menyarankan kepada sekolah-sekolah untuk membeli buku-buku tengtang ITC terutama tentang PJJ itu sendiri.
3.      Bagian ITC dipemerintahan terutama di Dinas Pendidkan harus meberikan pelatihan-pelatihan atau seminar ataupun berupa buku panduan kepada guru-guru sekolah supaya bisa dipelajari lebih dalam oleh guru-guru disekolahan tersebut.
4.      Diperbanyak sosialisasi lagi kepada sekolah akan pemahan akan adanya kurikulum PJJ tersebut.
5.      Pemerintah juga seharusnya bisa mensosialisasikan ke daerah-daerah akan perkembangan ICT itu sendiri.
2.2.5 Tes Formatif Dan Tes Sumatif Dalam PJJ Yang Bisa Dilakukan Di SMK Ma’arif NU Ciamis Dan SMK Ma’arif NU Cimaragas
1.      Tes Formatif

Tes formatif dilaksanakan dengan tujuan untuk mengembangkan langkah-langkah perbaikan bukan hanya untuk membuktikan keberhasilan atau kegagalan belajar peserta didikkhususnya Di SMK Ma’arif NU Ciamis Dan SMK Ma’arif NU Cimaragas. Tes ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik terhadap keberhasilan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dan dilakukan pada berbagai titik saat berlangsungnya proses pembelajaran, misalnya pada setiap akhir pelajaran atau setiap akhi unit pembelajaran.

Hasil tes digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan secara terus-menerus selama proses pembelajaran berlangsung, untuk meningkatkan keberhasilan belajar peserta didik.

Tes formatif dapat digunakan untuk memutuskan, apakah ada peserta didik yang harus diberi remediasi karena belum menguasai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Peran tes formatif sangat penting dalam PJJ. Seperti telah dibahas sebelumnya, peserta didik PJJ melakukan proses belajar sendiri, terpisah secara fisik dari pendidiknya. Mereka belajar secara mandiri menggunakan bahan ajar yang dirancang khusus untuk keperluan belajar mandiri.


Setelah mempelajari Peran Tes Formatif dalam Pembelajaran menurut Gronlund, 1992.  Untuk membantu proses belajar peserta didik, dalam bahan ajar disediakan latihan-latihan atau pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas, dan diakhir kegiatan belajar tertentu disediakan tes formatif untuk mengarahkan mereka agar dapat mengukur keberhasilan belajarnya sendiri. Pada program PJJ, tes formatif biasanya ada pada akhir modul.

Latihan-latihan atau pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas berfungsi sebagai alat diagnosis untuk mendeteksi kesulitan-kesulitan peserta didik dalam mempelajari bagian bahan ajar yang sedang dihadapi. Peserta didik mengetahui hasilnya dengan cara membandingkan hasil pengerjaannya dengan jawaban yang telah disediakan di bahan ajar itu sendiri. Demikian juga dengan tes formatif, peserta didik mengerjakan tes formatif yang disediakan, kemudian mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang telah disediakan pula.

Selain bentuk tersebut, juga memungkinkan peserta didik mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh tutor. Tugas tersebut diperiksa oleh tutor, kemudian mengembalikannya kepada peserta didik sebagai umpan balik kepada peserta didik.

Dengan mengerjakan berbagai bentuk alat evaluasi formatif di atas, peserta didik dapat mengetahui kemajuan belajar mereka sendiri dan sekaligus dapat mengetahui kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran. Bila pencapaian mereka belum memenuhi kriteria tertentu, misalnya 80%, maka peserta didik dianjurkan untuk mengulang atau mempelajari kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang belum dikuasai.

2.      Tes Sumatif Yang Bisa Dilakukan Di SMK Ma’arif NU Ciamis Dan SMK Ma’arif NU Cimaragas

Tes sumatif dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk menetukan apakah peserta didik menguasai materi yang telah dipelajari. Dengan kata lain, evaluasi sumatif diberikan untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai hasil belajar yang diharapkan sesuai yang ditentukan pada tujuan pembelajaran.

Hasil tes digunakan terutama untuk memberikan nilai bagi peserta didik atau menetukan kelulusan peserta didik. Apabila hasil penilaian menunjukkan bahwa peserta didik belum mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, pengajar dapat memberikan pelajaran tambahan untuk memastikan ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut.

a. Tugas Mandiri

Tugas mandiri setara dengan Ujian Tengah Semester (UTS) pada sistem pendidikan tatap muka. Tugas mandiri diadakan untuk memacu proses belajar peserta didik dan dapat dikerjakan oleh para peserta didik di rumah masing-masing tanpa pengawasan. Dengan mengerjakan Tugas mandiri, baik masing-masing, maupun secara berkelompok, peserta didik diharapkan telah mempelajari materi.

b. Ujian Akhir Semester (UAS)

Materi yang diujikan pada UAS adalah semua materi bahan ajar dengan proporsi keterwakilan materi substansi yang telah dipertimbangkan oleh penulis soal. UAS dapat menjadi satu-satunya alat ukur keberhasilan jika peserta didik tidak mengirimkan lembar jawaban TM atau nilai TM lebih rendah dari nilai UAS.

c. Tugas Tutorial

Dalam hal ini, yang penting adalah proses bimbingan akademik yaitu tugas tutor dalam membimbing peserta didiknya. Setiap tutor biasanya diberi tugas untuk membimbing sekelompok peserta didik. Tutor bertanggung jawab untuk memberikan tugas, mengevaluasi tugas-tugas yang telah dikerjakan peserta didik, dan memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas tersebut. Mereka secara kontinu harus memonitor kemajuan belajar peserta didiknya. Peserta didik juga diharuskan menghubungi tutornya setiap saat apabila mereka menemui kesulitan belajar. Jadi, tutor di sini berfungsi sebagai pembimbing akademik. 6.

d. Ujian Praktik

Praktik diberikan untuk mata kuliah mata kuliah yang tidak hanya menuntut peningkatan pengetahuan kognitif dari peserta didiknya, namun juga peningkatan keterampilan, misalnya praktik olahraga, praktik pembelajaran atau perencanaan pembelajaran. Nilai praktik dan praktikum mempunyai kontribusi terhadap nilai akhir mata kuliah. Nilai praktik diberikan oleh tutor atau instruktur berdasarkan kinerja yang dilakukan pada saat kegiatan praktik tetapi nilai praktikum diberikan berdasarkan laporan praktikum yang dibuat peserta didik.
"Course KDPJJ", termasuk kategori TES yang mana?
Menurut saya untuk Tugas Topik pada “course KDPJJ” termasuk pada kategori tes formatif karena tugas topik pada “course KDPJJ” untuk membantu proses pembelajaran peserta didik dan tugas pada “course KDPJJ” juga berfungsi sebagai alat diagnose guru untuk memeriksa dan mendeteksi dimana peserta didik mengalami kesulitan-kesulitan dalam mempelajari bahan ajar yang sudah dipelajari.
Peserta didik juga akan mengetahui hasilnya dengan cara membandingkan hasil pengerjaannya dengan jawaban yang telah diperiksa dan dinilai oleh gurunya. Selain itu juga memungkinkan peserta didik mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya. Tugas tersebut diperiksa oleh guru, kemudian mengembalikannya kepada peserta didik sebagai timbal balik kepada peserta didik dari hasil pemikiran peserta didik dalam mengerjakan tugasnya.

Dengan mengerjakan berbagai bentuk sarana evaluasi formatif yang saya paparkan, peserta didik akan mengetahui kemajuan belajar mereka sendiri dan sekaligus dapat mengetahui kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran yang kemudian akan diperbaiki kedepanya.
Dengan mengacu kepada teori Desmond Keegan, menerangkan dalam sistem PJJ harus mampu menciptakan interaksi belajar-mengajar yang sesungguhnya tidak ada (abstrak) dan mengintegrasikannya ke dalam proses pembelajaran. Hillary Perraton (1988) mendefinisikan peranan PJJ melalui pemilihan media yang efektif, sehingga pengajar tidak lagi menjadi penyampai informasi namun hanya sebagai fasilitator, sehingga proses pembelajaran akan menghasilkan kerangka pengetahuan di antara dosen dan peserta didik.

Setelah memahami teori di atas pendapat saya Peran PJJ dalam peningkatan kualitas pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas para mahasiswa dengan memanfaatkan kemajuan ICT agar tidak kalah bersaing dengan negara-negara yang lebih yang sudah maju dan berkembang terlebih dahulu disbanding di Indonesia sendiri.

Dalam peningkatan kualitas pendidikan, penyelenggara PJJ juga harus berusaha mengumpulkan tenaga pengajar (dosen) berkualitas untuk dikumpulkan menjadi satu dan mengembangkan bahan ajar,tugas-tugas,dan soal ujian pada sosial jaringan, setelah itu bahan ajar,tugas-tugas dan soal ujian disampaikan ke masing-masing daerah di seluruh Indonesia.

Penyelenggara PJJ juga harus menerapkan sistem pembelajaran yang berbeda dari tempat-tempat pendidikan yang ada di Indonesia. Dengan adanya sistem pembelajaran yang berbeda ini, mahasiswa pun tidak diharuskan bertatap muka dengan pengajarnya setiap hari. Mereka hanya diharuskan untuk mengerjakan tugas-tugas dan men donwload materi yang diberikan oleh dosen mereka melalui media internet seperti edmodo skype dan yang lainya.

Dengan mengandalkan layanan pendukung yang berkualitas, kegiatan perencanaan yang sistematik dan proses pembelajaran yang berbasiskan TIK, diharapkan PJJ mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.

2.2       Gambaran Umum Media

Dari pembahasan gambaran umum media, saya akan membahas tentang media pembelajaran sebagai aspek penting  dalam PJJ terlepas dari media pengajar maupun tenaga ajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, media dideskripsikan sebagai alat (sarana) komunikasi yang  terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dsb). Sedangkan secara Bahasa, Kata  Media berasal dari bahasa Latin "Medius" yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media diartikan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4), Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian  dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Sebenarnya banyak sekali pengertian media dalam konteks penyampaian informasi,  tetapi yang jelas kaitannya dengan PJJ ini, media pembeljaran adalah sebuah alat perantara yang menghubungkan antara pengajar dan yang diajar dalam konteks pendidikan yang memungkinkan mereka berinteraksi dan saling berkomunikasi  bertukar pikiran.
Dilihat dari satu sisi, proses komunikasi sering kali mengalami hambatan yang  mengakibatkan pengajar dan yang diajar mengalami miss communication. Oleh karena itu media pembelajaran harus punya tujuan memberi dan memotivasi peserta didik, merangsang peserta didik untuk mengingat yang sudah dipelajari, dan yang terakhir harus terencana. Dalam media pembelajaran harus mencakup pesan/materi  yang akan disampaikan, tenaga ahli yang ahli dibidang pengajarannya, bahan  pengajarannya, alat bantu yang bisa melengkapi pesan, tenaga ahli dan bahan ajarnya,  teknik/prosedur penyamapaian materi dan terakhir adalah tempat pengajarannya.
Menurut Dirjen DIKTI, yang tertuang dalam “Panduan Penyelenggaraan Model  Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi“, untuk menjamin kualitas, secara intrinsik, penyelenggaraan program PJJ diharapkan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
*      Didasarkan pada kegiatan perencanaan yang sistemik berkenaan dengan kurikulum, materi ajar, proses pembelajaran, instrumen dan sistem evaluasi,
*      Berbasis TIK,
*      Memanfaatkan sistem penyampaian pembelajaran yang inovatif dan kreatif,
*      Menyelenggarakan proses pembelajaran interaktif berbasis TIK dengan memungkinkan kesempatan tatap muka,
*      Mengembangkan dan membina tingkat kemandirian dan softskills peserta didik,
*      Menyediakan layanan pendukung yang berkualitas (administrasi akademik,bantuan belajar peserta didik, unit sumber belajar untuk layanan administrasi dan peserta didik, akses dan infrastruktur).
Fungsi dasar media pembelajaran adalah menyampaikan pesan dalam proses komunikasi antara pengajar dan yang diajar. Sebagai akibat dari aktifitas ini, peserta didik pun merasakan benefit-nya karena telah belajar sesuatu.

2.2.1  Jenis-jenis Media Pembelajaran
Menurut Heinich, Molenda dan Russel (1996) ada enam jenis media pembelajaran yang bias digunakan, yaitu:
a.       Media yang tidak diproyeksikan (model, foto, gambar) Media yang diproyeksikan bisa dibagi kedalam dua jenis, yaitu dua dimensi dan tiga dimensi. Bahan cetak seperti foto, gambar, poster tergolong pada media proyeksi dua dimensi, sedangkan replica, model, dan simulator tergolong kedalam yang tiga dimensi.
b.      Media yang diproyeksikan Penggunaan media ini dengan cara diproyeksikan ke sebuah layar, biasanya berupa film dan presentasi. Semua ilmu yang akan disampaikan diproyeksikan kedalam sebuah layar dibantu tenaga pengajar yang menguasai ilmunya.
c.       Media audio Suara yang direkam kedalam kaset, CD, atau DVD dan sifatnya bisa diputar berulang-ulang sebagai media pembelajaran. Contohnya adalah listening dalam permatakuliahan Bahasa Inggris.
d.      Media video Perkembangan dari yang tadinya hanya bisa mendengarkan, sekarang bisa juga melihat video atau gambar bergeraknya diiringi suara.
e.       Komputer Bisa dibilang ini adalah media tercanggih yang saat ini ada sebagai media  pembelajaran, karena bisa mewakili keempat media pembelajaran diatas.
f.       Multimedia berbasis computer. Kalau komputer saja sudah canggih, dibantu dengan multimedia sebagai pelengkap rasanya media pembelajaran yang ada saat ini sudah cukup bisa menggeser media pembelajaran menggunakan metode lama. Seperti penggunaan animasi bergerak yang membuat belajar yang lebih asik,interaktif, dan komunikatif.
Peran media sangat penting sekali dalam pembelajaran. Berikut adalah peranan-peranan penting media dalam pembelajaran:
*      Sarana komunikasi
*      Modul untuk belajar mandiri
*      Memperjelas pesan
*      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan tenaga
*      Mendapatkan semangat belajar
*      Belajar mandiri sesuai bakat dan kemampuan peserta didik
*      Lebih menyenangkan
Ditambahkan pula oleh Kemp dan Dayton (1985) kontribusi media pembelajaran  dalam hidup manusia:
*      penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
*      pembelajaran dapat lebih menarik
*      pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan metode belajar
*      waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
*      kualitas pembelajaran dapat ditingkat
*      proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
*      sikap positif peserta terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan. peran dosen berubah kearah yang positif.
*       
2.2.2        Media Pembelajaran Populer untuk Kelas Maya (Pendidikan Jarak Jauh)

1.      Moodle
MOODLE adalah salah satu Learning menagement system yang paling populer saat ini. Hampir setiap sekolah atau perguruan tinggi, yang memanfaatkan E-Learning sebagai Media pembelajaran/perkuliahan, menggunakan sistem Moodle ini.
                       
Kelebihan yang ditawarkan oleh Moodle, seperti mengatur dan mengelola hak akses user (siswa/guru), membuat dan mengelola Courses (mata pelajaran), mengatur dan mengelola Bahan ajar (resource), mengatur dan mengelola Aktivitas (Activity), mengatur dan mengelola Nilai (Grades), menampilkan nilai (score) dan transkrip, sampai membuat sertifikat ketuntasan untuk siswa, membuat semua sekolah, bahkan guru berlomba-lomba membangun sistem ini di sekolahnya, baik yang langsung terhubung ke Jaringan Internet, maupun yang berbasis Intranet (LAN).

2.      Edmodo
EDMODO merupakan jejaring sosial yang berbasis pada lingkungan sekolah (school based environment).  Seperti halnya facebook, twitter, plurk dan social network lainnya, edmodo juga digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain, namun edmodo di desain khusus untuk interaksi antara guru, siswa dan orang tua baik di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi. Di Edmodo 3 jenis type yaitu sebagai Teacher, Student dan Parent. Jadi guru bisa memberikan tugas, ulangan harian, materi pelajaran kemudian siswa bisa membaca materi, bertanya kepada guru tentang materi yang belum dikuasainya, mengerjakan tugas sedangkan orang tua bisa melihat hasil penilaian anaknya dan juga bisa melihat aktifitas anaknya. Jadi selain pembelajaran di kelas secara offline, guru dan siswa juga bisa melakukan kelas online di edmodo ini. Selain itu edmodo juga media user friendly.

3.      Yahoo Indonesia
Dalam menyelenggarakan pendidikan jarak jauh, salah satu media yang bisa dijadikan alternatif untuk penyampaian materi dan informasi dari pengajar ke peserta didik adalah memanfaatkan fitur email dari Yahoo Indonesia.Selain bisa mengirimkan materi yahoo juga bisa dimanfaatkan sebagai media untuk diskusi antara pengajar dan pelajar, serta diskusi antar pelajar.

4.      Facebook
Siapa yang tidak kenal dengan sosial media yang satu ini? Hampir semua orang yang aktif di dunia maya pasti punya akun sosial media ciptaan Mark Zuckerberg ini. Dari tujuan awal diciptakannya Facebook yang bisa menyatukan mereka dengan teman-teman lama mereka, social media ini juga bisa dijadikan media pembelajaran PJJ.Beberapa fitur-fitur facebook yang dapat di gunakan sebagai media pembelajaran adalah :
a.    Wall facebook, fitur ini bisa digunakan sebagai papan informasi.
b.   Facebook note, fitur ini bisa digunakan untuk membuat tulisan singkat atauhandout perkuliahan.
c.    Fiture chating, fitur ini bisa diginakan untuk mengobrol langsung dengan sesama pengguna facebook lainnya yang telah menjadi teman, selain itu  bisa menjadi media diskusi online
d.   Facebook group, fitur ini bisa digunakan untuk komunitas peserta didik, kajian-kajian keilmuan, study club, dan mengontrol jumlah siswa/pebelajar yang mengikuti perkuliahaan atau pembelajaran secara distance learning.
e.    Facebook quiz, dalam fitur atau fasilitas ini, bisa dioptimalkan oleh guru atau peserta didik untuk latihan materi untuk evaluasi pembelajaran lewat quiz online yang interaktif.
f.     Facebook share, fitur ini bisa digunakan untuk men-share materi (tulisan singkat, link, gambar, video dsb).

2.2.3   Pemilihan Media
Dapat dipastikan dalam pemilihan media berdasarkan ke-7 kriteria pada topik 3 dimungkinkan ada kendala atau masalah dalam implementasi-nya.Solusi atau saran dari kendala masing-masing kriteria bila diterapkan dilihat dari fakta yang ada disekitar lingkungan saya:
1.      Access (aksesibilitas)
Untuk solusi dan saran menurut pendapat saya untuk Access (aksesibilitas) penyelenggara PJJ atau dosen harus mampu untuk mengkondisikan semua siswa/mahasiswanya supaya memiliki media agar dapat menerima bahan ajar yang akan disampaikan mungkin bisa dengan cara  ditanya satu persatu ataupun dengan cara dihubungi melalui hand phone atapun media lainya agar bisa dipastiakan siwa/mahsiswa tersebut memiliki dan tidaknya media untuk menerima bahan ajar tersebut. Sedangkan apabila ketersediaan sarana yang mendukung pengembangan maupun penggunaan media tersebut terbatas untuk solusinya mungkin penyelenggara PJJ tersebut harus mempertimbangkan terlebih dahulu kalau memungkinkan Dosen/guru ataupun mahasiswa/siswanya mampu membeli media tersebut apa salahnya kalau diaflikasikan system pengajaran PJJ tersebut,apabila tidak mampu membeli lebih baik jangan dulu diaflikasikan karena akan berdampak negative.

2.       Costs (biaya)
Untuk masalah Costs (biaya) untuk saran dan solusi dari saya institusi PJJ harus mampu mencari peserta didiknya yang banyak untuk meminimalisir mahalnya biaya dan bisa lebih terjangkau.

3.      Teaching and Learning (proses dosenan dan pembelajaran)
Dari segi Teaching and Learning (proses dosenan dan pembelajaran) saran dan solusinya mungkin intitusi PJJ baik Dosen/Guru harus selalu mengawasi dan mgecek dalam penggunaan media sampai sejauh mana membantu proses pembelajaran dan supaya tidak ada media yang nganggur tidak terpakai.mubajir.

4.      Interactivity (interaktifitas/komunikasi dua arah)
Mengenai  Interactivity (interaktifitas/komunikasi dua arah)saran dan solusinya penyelenggara harus tahu apakah peserta didik yang ada bisa mengoperasikan media yang digunakan oleh penyelenggara. Karena kendala-kendala teknis seperti ini umumnya menjadi salah satu permasalahan dalam PJJ. Dan penyelenggara PJJ harus mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang ada dalam komunikasi dua arah ini. Sejauh mana sebuah media mampu memberikan komunikasi dua arah dengan memahaminya sehingga bisa terjadi proses belajar mengajar.

5.      Organisational Issues (permasalahan organisasi)
Dari Sudut pandang Organisational Issues (permasalahan organisasi) penyelenggara PJJ pasti akan menggunakan sebuah media dalam pembelajaran supaya terselenggaranya PJJ ini,penyelenggara harus mendapatkan dukungan dari semua unsur yang ada di organisasi tersebut. Karena sebuah media akan sia-sia jika tidak ada yang bisa mengoperasikannya.  

6.       Novelty (kemutakhiran)
Novelty (kemutakhiran) media yang digunakan dalam pembelajaran PJJ menurut saya sangat penting sekali, jadi menurut saran saya intiusi PJJ harus mampu mensosialisasikan sedimikian rupa baik dengan hiburan atapun hadiah atapun apa itu supaya peserta didik untuk menyukai media tersebut dan termotivasi untuk menggunaan media tersebut  sehingga mereka akan mempergunakan media tersebut untuk proses pembelajaran.

7.       Speed (kecepatan)
Saran dari saya untuk masalah Speed mungkin penyelenggara PJJ harus bisa memilih media yang mempunyai kecepatan dalam penyampaian informasi .sehingga informasi akan cepat tersampaikan kepada peserta didik PJJ ataupun pengajar PJJ itu sendiri.




















BAB III
KESIMPULAN

PJJ adalah sekumpulan metode pengajaran dimana aktivitas dosennya dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Dan PJJ berhasil mengubah paradigma pendidikan yang biasanya berpusat pada pengajar dikarenakan peserta didik secara tidak sadar telah dilatih untuk mempelajari suatu materi sendiri, Selain itu dalam PJJ juga menggunakan bermacam metode pembelajaran yang dikomunikasikan melalui media. Dengan demikian PJJ diharapkan dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan dosen yang berkualitas. Pada sistem pendidikan ini dosen dan peserta didik tidak harus berada dalam lingkungan geografi yang sama.

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997) sedangkan pebelajaran adalah sebuah proses komunikasi atau interaksi  antara sumber belajar dengan  siswa, jadi media pembelajaran adalah sebuah alat  yang berfungsi untuk menyampaikan  pesan  dalam sebuah proses komunikasi atau interaksi antara sumber belajar dengan peserta didik.
Fungsi dasar media pembelajaran adalah menyampaikan pesan dalam proses komunikasi antara pengajar dan yang diajar. Sebagai akibat dari aktifitas ini, peserta didik pun merasakan benefit-nya karena telah belajar sesuatu.














DAFTAR PUSTAKA

·         Junaidi. 2 Januari 2012. Pengertian Media. Retrieved November 2012, from
·         PJJ Topik 1
·         PJJ Topik 2
·         PJJ Topik 3
·         PJJ Topik 4
·         PJJ Topik 5



Posting Komentar untuk "Contoh Makalah Pendidikan Jarak Jauh ( PJJ )"